Peningkatan minat masyarakat terhadap investasi saham telah terjadi belakangan ini, terutama karena fluktuasi signifikan dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Contohnya adalah penurunan 6,12 persen IHSG pada sesi perdagangan akhir Maret 2025 yang memicu Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk memberlakukan trading halt. Namun, pada pembukaan sesi perdagangan pada 8 April 2025, IHSG kembali tergelincir 8 persen, mendesak BEI untuk kembali melakukan trading halt. Ini memunculkan pertanyaan di kalangan masyarakat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham.
Menurut BEI, fluktuasi harga saham adalah sesuatu yang normal karena dipengaruhi oleh dinamika permintaan dan penawaran di pasar modal. Faktor internal seperti kinerja keuangan perusahaan, prospek pertumbuhan bisnis, dan faktor eksternal seperti kebijakan pemerintah dan kondisi ekonomi global dapat memengaruhi fluktuasi harga saham. Investor disarankan untuk mengevaluasi dan mendiversifikasi portofolio, fokus pada saham dengan kinerja solid, tingkatkan literasi investasi, pantau pasar secara rutin, pertimbangkan saham kapitalisasi kecil dan menengah, dan hindari keputusan impulsif.
Meskipun investasi saham memiliki keuntungan seperti hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), pembagian laba (dividen), dan capital gain, risiko seperti capital loss dan risiko likuidasi juga harus dipertimbangkan. Dengan pemahaman yang baik, strategi investasi yang tepat, disiplin, dan manajemen risiko yang matang, investor dapat tetap meraih keuntungan di tengah fluktuasi pasar saham.
