Danantara Indonesia hadir pada saat yang tepat mengingat ketegangan geopolitik dan ekonomi global yang semakin meningkat. CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara), Rosan Roeslani, menegaskan bahwa kehadiran Danantara Indonesia sangat penting di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik dunia, terutama dengan kebijakan tarif dari Amerika Serikat (AS). Ia mengungkapkan bahwa 844 perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah resmi bergabung dengan Danantara Indonesia sejak 21 Maret 2025 setelah diluncurkan oleh Presiden Prabowo pada 24 Februari 2025.
Pimpinan Danantara Indonesia dan perusahaan BUMN diharapkan memiliki prinsip 3K, yakni karakter, kompeten, dan komitmen. Mereka harus memiliki karakter yang bersih, menguasai bidangnya dengan baik, dan mengikuti prinsip Good Corporate Governance (GCG) serta taat pada peraturan yang berlaku. Selain itu, pada 14 April 2025, Danantara Indonesia dan Qatar Investment Authority (QIA) sepakat untuk mengelola dana senilai 4 miliar dolar AS untuk pembangunan di Indonesia, dengan kontribusi 2 miliar dolar AS dari masing-masing negara.
Kemitraan ini diharapkan dapat memperkuat kepercayaan dengan mitra global strategis seperti Qatar, menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya sebagai tujuan investasi tetapi juga memiliki kemampuan institusional yang handal dalam pengelolaan investasi secara profesional dan akuntabel. Dengan fokus pada investasi di sektor hilirisasi, kesehatan, energi terbarukan, teknologi, serta sektor lain yang dianggap relevan, Danantara Indonesia dan QIA berkomitmen untuk memajukan pembangunan di Indonesia.








