Partisipasi perempuan dalam tata kelola harus ditingkatkan untuk meningkatkan tingkat integritas suatu bangsa, demikian disampaikan oleh Ketua Dewan Audit Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sophia Wattimena. Dalam acara perayaan Hari Kartini yang digelar OJK di Jakarta, Sophia menyoroti pentingnya kesetaraan gender dalam menekan tingkat korupsi. Negara-negara dengan indeks ketimpangan gender rendah cenderung memiliki tingkat korupsi yang juga rendah, sehingga partisipasi perempuan dalam tata kelola perlu ditingkatkan. Sophia juga membahas sejumlah tantangan sosial ekonomi yang dihadapi perempuan, mulai dari rendahnya tingkat pendidikan, dampak budaya konsumtif akibat FOMO, hingga masalah korban pinjaman online ilegal di kalangan ibu rumah tangga dan guru.
Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Veronica Tan, juga turut mengajak masyarakat untuk mengakui peran penting perempuan sebagai pendidik generasi masa depan. Veronica menggarisbawahi bahwa perempuan sejak awal adalah agen perubahan dan perlu didorong untuk menyadari hak, mimpi, dan potensi mereka. Kegiatan perayaan Hari Kartini oleh OJK dihadiri oleh lebih dari 200 peserta langsung dan sekitar 3.000 peserta daring, termasuk internal OJK, pemangku kepentingan, dan Anggota Komisi XI DPR RI. OJK juga menekankan pentingnya peran perempuan dalam menjaga budaya anti-fraud dan integritas, serta keterlibatan aktif dalam melaporkan indikasi fraud atau pelanggaran etik sesuai kanal yang tersedia.
OJK telah menunjukkan komitmennya dalam menjaga integritas melalui sertifikasi Manajemen Anti Penyuapan (SMAP), pengendalian gratifikasi yang ketat, dan kemitraan dengan KPK dalam upaya pencegahan korupsi. Dengan berbagai inisiatif ini, OJK berupaya menciptakan ekosistem yang mendorong perempuan untuk mengambil peran lebih aktif dalam tata kelola dan integritas. Semua upaya ini sejalan dengan visi OJK untuk membangun keuangan inklusif dan memberdayakan perempuan dalam berbagai sektor.








