Kementerian Pertanian (Kementan) terus memperkuat sinergi lintas sektor untuk menjaga keseimbangan ekosistem perunggasan dan stabilisasi harga telur ayam ras di tingkat peternak. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda, menjelaskan bahwa Indonesia mencatatkan capaian membanggakan sebagai produsen telur terbesar ketiga di dunia pada tahun 2025. Capaian tersebut merupakan hasil dari peningkatan performa genetik ayam ras petelur dan pemanfaatan teknologi kandang tertutup.
Potensi surplus telur sebesar 295 ribu ton memberikan peluang untuk memperluas program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan memperkuat peran UMKM peternakan. Meskipun terjadi fluktuasi harga pasca-Lebaran yang menyebabkan penurunan permintaan, Kementan telah mengeluarkan langkah cepat untuk menjaga stabilitas pasar.
Dukungan terus diberikan kepada peternak UMKM melalui berbagai skema sebagai respons terhadap tekanan harga telur. Implementasi program MBG juga dipercepat untuk menyerap hasil produksi peternak rakyat secara maksimal. Keterlibatan pemerintah daerah dalam memfasilitasi distribusi telur dan kerja sama antarpeternak menjadi kunci dalam menjaga stabilitas harga.
Kementan memastikan bahwa keberpihakan terhadap peternakan rakyat tetap menjadi prioritas utama. Dengan sinergi kuat antara pemerintah, peternak, dan pelaku usaha, sektor unggas nasional diharapkan terus tumbuh sebagai tulang punggung ketahanan pangan Indonesia. Semua pihak diimbau untuk tidak melakukan panic selling sehingga harga telur tetap stabil di pasar.
